Pernikahan mengubah hidup Anda, tidak dapat disangkal. Termasuk urusan keuangan, kini Anda akan mengelolanya bersama pasangan, tidak sendiri lagi. Debby Prazna Okky, S.Mn., RFA, seorang perencana keuangan independen, tidak menyarankan siapa pun untuk membawa kebiasaan keuangannya saat masih lajang ke dalam kehidupan pernikahannya. Berikut lima alasannya:
1. Dalam satu rumah tangga terdapat lebih dari satu individu dengan kebiasaan yang berbeda. Anda dan pasangan harus berkompromi untuk menemukan strategi keuangan yang efektif. Dalam hal pengeluaran pribadi, masing-masing suami dan istri harus mempertimbangkan satu sama lain jika ada kebutuhan bersama yang lebih penting.
2. Kebutuhan setelah menikah berbeda dengan sebelum menikah dan cenderung meningkat. Misalnya saat masih lajang, pengeluaran hanya untuk pulsa dan transportasi pribadi, tetapi ketika sudah menikah, ada kebutuhan untuk membayar tagihan listrik dan belanja bulanan. Kebutuhan tersebut tentunya bersumber dari penghasilan Anda dan pasangan.
3. Tujuan keuangan menjadi lebih lama ketika Anda memutuskan untuk menetap. Apalagi jika Anda dan pasangan sedang merencanakan anak, tentunya tabungan masa depan perlu disiapkan sedini mungkin.
4. Saat menikah, harta yang digunakan bersama akan lebih banyak, seperti rumah, kendaraan, dan tabungan, daripada yang digunakan sendiri. Oleh karena itu, harus ada alokasi dana untuk memelihara aset tersebut, seperti kebersihan dan pemeliharaan. Kemudian untuk tabungan, Debby sangat menganjurkan agar pasangan suami istri memiliki tabungan bersama.
5. Karena kebutuhan yang lebih banyak, sebaiknya pasangan suami istri mempertimbangkan tambahan penghasilan finansial selain penghasilan pekerjaan. Debby merekomendasikan agar pasangan memiliki beberapa bentuk tabungan dan investasi jangka panjang, seperti deposito, reksa dana, atau saham.
