Tren Friendship Marriage, Menikah Tanpa Cinta yang Populer di Jepang

friendship marriage

Pernikahan biasanya dipandang sebagai fase hidup baru yang diisi dengan cinta dan komitmen, tetapi ada tren baru yang berkembang di Jepang, yaitu friendship marriage. Dalam jenis pernikahan ini, cinta romantis dan seks tidak menjadi bagian dari hubungan. Friendship marriage melibatkan dua sahabat yang menikah dengan dasar persahabatan dan kesepakatan hidup bersama, bukan karena cinta atau hasrat seksual. Tren ini semakin populer di Jepang, terutama di kalangan anak muda yang merasa tidak cocok dengan pernikahan tradisional.

1. Apa Itu Friendship Marriage?

Friendship marriage adalah pernikahan di mana cinta romantis dan hubungan seksual tidak menjadi elemen utama. Orang-orang yang menikah dalam format ini melakukannya berdasarkan minat dan nilai hidup yang sama, tanpa adanya keterikatan emosional seperti pernikahan tradisional. Pasangan dalam friendship marriage tetap sah secara hukum, namun mereka mungkin tinggal bersama hanya sebagai teman sekamar. Beberapa bahkan menggunakan metode seperti inseminasi buatan jika mereka memutuskan untuk memiliki anak.

2. Ratusan Penduduk Jepang Mulai Melakukannya

Mengutip dari South China Morning Post (SCMP), tren friendship marriage mulai mendapatkan perhatian di Jepang, terutama di kalangan anak muda. Sekitar 1% dari populasi Jepang, yang berjumlah 124 juta orang, terlibat dalam jenis pernikahan ini. Banyak dari mereka adalah individu aseksual, homoseksual, atau heteroseksual yang kecewa dengan konsep pernikahan tradisional. Colorus, sebuah agensi yang berspesialisasi dalam friendship marriage, melaporkan bahwa sejak didirikan pada tahun 2015, mereka telah membantu lebih dari 500 orang membentuk rumah tangga berdasarkan konsep ini.

3. Hubungan Romantis dengan Orang Lain Diperbolehkan

Dalam banyak kasus, pasangan yang terlibat dalam friendship marriage diperbolehkan untuk menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan mereka, asalkan kesepakatan tersebut disetujui bersama. Hal ini mirip dengan konsep pertemanan yang saling mendukung, tetapi tanpa ikatan emosional atau fisik seperti pernikahan pada umumnya. Beberapa pasangan menyamakan pernikahan ini dengan teman sekamar yang memiliki minat yang sama dan menikmati kebersamaan tanpa tekanan hubungan romantis.

4. Diskusi Sebelum Menikah

Sebelum memasuki pernikahan jenis ini, kedua individu biasanya akan berdiskusi secara mendalam tentang bagaimana mereka akan menjalani kehidupan bersama. Mereka membahas hal-hal praktis seperti pembagian tugas rumah tangga, pengeluaran keuangan, hingga bagaimana mengelola waktu bersama. Diskusi ini mungkin tidak romantis, tetapi bagi banyak pasangan, ini menjadi fondasi untuk hubungan yang kuat dan bahagia.

Jika kamu sedang merencanakan pernikahan atau acara lain, pertimbangkan menggunakan einvite.id untuk undangan digital yang praktis. Atau kelola tamu undanganmu dengan einvite.id/bukutamu yang memudahkan pengelolaan acara!

5. Usia dan Latar Belakang Orang yang Tertarik

Orang yang tertarik pada friendship marriage di Jepang rata-rata berusia 32,5 tahun dan memiliki pendapatan di atas rata-rata nasional. Banyak dari mereka adalah lulusan universitas dan tertarik pada pernikahan ini karena mereka merasa tidak cocok dengan konsep pernikahan tradisional. Friendship marriage sangat populer di kalangan aseksual dan homoseksual, yang mungkin tidak dapat merasakan hasrat seksual tetapi tetap mendambakan hubungan yang stabil dan persahabatan yang mendalam.

6. Keuntungan dan Tujuan Friendship Marriage

Bagi banyak orang di Jepang, tekanan sosial untuk menikah masih tinggi. Sekitar 75% orang Jepang di usia 30-an masih menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup, menurut laporan Kantor Kabinet Jepang. Friendship marriage menawarkan solusi bagi mereka yang tidak tertarik pada pernikahan tradisional tetapi tetap ingin terlihat stabil dan dewasa di mata masyarakat. Selain itu, ada juga keuntungan pajak dan manfaat hukum lainnya yang dapat dinikmati oleh pasangan yang menikah.

Banyak individu yang memilih friendship marriage karena mereka masih ingin memiliki anak tanpa harus menjalani hubungan romantis atau menghadapi tekanan sosial. Sebagian besar pasangan memilih hubungan ini untuk menjaga citra stabil di lingkungan profesional, dan lebih dari 70% dari mereka melakukannya karena ingin memiliki anak.

Kesimpulan

Tren friendship marriage di Jepang mencerminkan perubahan dalam cara pandang terhadap pernikahan dan hubungan. Meski tanpa cinta romantis atau seks, pasangan dalam pernikahan ini tetap bisa menjalani hidup bersama berdasarkan persahabatan dan kesepakatan praktis. Meskipun terkadang berakhir dengan perceraian, banyak pasangan tetap mendapatkan manfaat dari hubungan ini, termasuk dukungan finansial, persahabatan yang erat, dan kemudahan sosial.

Jika kamu tertarik pada tren pernikahan atau sekadar ingin mengadakan acara dengan lebih praktis, gunakan einvite.id untuk solusi undangan digital, atau manfaatkan einvite.id/bukutamu untuk mengelola buku tamu secara digital.

Bagikan Arikel Ini

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on email

Artikel Terkait

enliven

Buat Undangan Cepat, Revisi Sepuasnya Dengan Aplikasi dari Enliven.id