Memiliki pasangan yang berakhlak mulia dan baik hati kepada keluarganya tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun nyatanya, menjaga rumah tangga agar tetap langgeng dan harmonis bukanlah perkara mudah, apalagi kita hanya manusia biasa. Tidak jarang ada permasalahan yang hadir dalam hubungan yang mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.
Sebagai umat Islam, kita telah diberikan panutan dalam kehidupan, termasuk dalam pernikahan. Ya, dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi menjadi suri tauladan karena pandai menistimewakan istrinya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu nabi itu Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan,
اللَّهُ الَ: الَ ل اللَّه لَّى الله لَيهِ لَّمَ : ل الْمُؤْمِنِينَ انًا لُقًا، ارُكُمْ ارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … اه الترمذي
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
Dalam hadits ini dikatakan bahwa sebaik-baik laki-laki adalah yang memperlakukan istrinya dengan baik. Lantas, bagaimana akhlak mulia Nabi terhadap istrinya? Cari tahu selengkapnya di artikel sahabat einvite.id ini, ya!
1. Ngobrol dengan istri
Nongkrong bersama istri adalah salah satu hal yang bermanfaat, bahkan termasuk ibadah. Namun, pembicaraan juga harus tentang hal-hal yang bermanfaat, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.
“Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkumpul dengan Aisyah radhiallahu anha di malam hari, kemudian Nabi berbicara kepada putri Abu Bakar radhiallahu anhumma.” (HR.Bukhori)
2. Cium istri sebelum pergi
Salah satu aspek romantis Nabi adalah mencium istrinya sebelum keluar untuk sholat. Ini menunjukkan bagaimana Nabi mengungkapkan cinta dan menunjukkan kelembutannya dalam memperlakukan istrinya. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata,
“Rasulullah selalu mencium istrinya sebelum keluar untuk sholat, kemudian keluar untuk sholat tanpa berwudhu terlebih dahulu.” (HR.Ahmad)
3. Memberikan pujian kepada istri
Meski terlihat sepele, pujian memiliki pengaruh besar dalam sebuah hubungan. Memberi pujian juga menandakan betapa baiknya suami kepada istrinya. Rasulullah memberi contoh bagaimana dia memanggil Aisha radhiyallahu ‘anha, istri tercintanya dengan panggilan sayang Humaira yang artinya pipi merona. Dari ‘Aisha, dia berkata,
لَ الحَبَشَةُ المسْجِدَ لْعَبُوْنَ الَ لِي ا ا
“Orang Habashah (Ethiopia) pernah masuk masjid untuk bermain, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilku, “Wahai Humaira (artinya: siapa yang pipinya merona), apakah kamu ingin melihatnya?” (HR. An Nasai)
4. Membantu pekerjaan rumah tangga
Secara hukum, dapur dan pekerjaan rumah adalah kewajiban istri. Namun, hal ini tidak menghalangi Nabi untuk ikut membantu pekerjaan istrinya.
الَ لْتُ لِعَائِشَةَ ا الْمُؤْمِنِيْنَ انَ لُ اللهِ لى الله ليه لم ا ا الَتْ: “مَا لُ لِهِ لَهُ لْوَهُ”
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul yang beriman, apa yang Rasulullah (sallallahu ‘alayhi wa sallam) lakukan ketika kamu bersama kamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Dia melakukan apa yang salah satu dari kalian lakukan ketika dia membantu istrinya. Dia menyendok sandalnya, menjahit pakaiannya dan mengangkat air ke dalam ember.” (HR.Ibnu Hibban).
5. Mandi bersama istri
Salah satu hal yang dapat menumbuhkan cinta antara suami dan istri adalah mandi bersama setelah berhubungan seks. Hal ini bahkan dianjurkan oleh Nabi dalam khutbah dan amalannya, dimana beliau pernah mandi di sebuah wadah bersama istrinya, Aisyah.
الَتْ ائِشَةُ لُ ا لُ اللَّهِ -صلى الله ليه لم- اءٍ ا انِ.
“Aku dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi bersama dalam wadah yang sama saat kita berdua dalam keadaan junub.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. Terlihat baik di depan istrimu
Bukan hanya istri yang perlu menjaga penampilannya di depan suaminya. Padahal, Rasulullah telah mencontohkan agar selalu menjaga penampilannya di depan istri dan keluarganya, yaitu dengan siwak. Inilah Aisyah, salah satu istri Nabi sallallaahu ‘allahi wa sallam menyampaikan pengamatannya
“أَنَّ النَّبِيَّ لى الله ليه لم انَ ا لَ السِّوَاكِ”
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki rumahnya, hal pertama yang dia lakukan adalah siwak.” (HR.Muslim)
7. Membela istri dan husnuzan padanya
Seorang suami harus selalu husnuzan atau berpikir positif tentang istrinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang suami mencari-cari kesalahan pada istrinya. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
لُ اللهِ لى الله ليه لم الرَّجُلُ لَهُ لَيْلاً لْتَمِسُ اتِهِمْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang laki-laki mendatangi istrinya pada malam hari untuk mengetahui apakah istrinya telah berkhianat atau mencari-cari kesalahan padanya” (HR. Muslim)
8. Jangan lupakan kebaikan istri karena kesalahan yang dilakukan
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula suami maupun istri. Setiap pasangan pasti pernah melakukan kesalahan sehingga kita perlu saling memahami kekurangan masing-masing untuk kemudian terus berusaha memperbaiki diri. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,
لاَ ا لُقًا ا
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukmin. Jika pria tidak menyukai karakter pada wanita, maka biarkan dia melihat sisi lain yang dia senangi.” (HR.Muslim, no.1469).
9. Jangan bosan untuk terus menasehati istri dan keluarga
Masalah dalam rumah tangga adalah hal biasa. Namun, jangan sampai membuat cinta antara suami istri memudar, bahkan sampai merusak keharmonisan pernikahan.
Agar tidak terjadi, Nabi mengajarkan umatnya untuk tidak bosan memberikan nasihat kepada istri dan keluarganya ketika mereka melakukan kesalahan. Tentunya hal ini dilakukan dengan cara yang lembut dan tidak menyakiti hati pasangan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
“أَلاَ اسْتَوْصُوْا النِّسَاءِ ا”
“Ingat, Anda harus memberikan itikad baik kepada istri Anda.” (HR.Tirmidzi)
10. Jangan pernah memukul dan menjelek-jelekkan istrinya
Pria sejati tidak akan memukuli istrinya tidak peduli seberapa marahnya dia pada pasangannya. Namun, jika seorang istri mendurhakai suaminya, maka diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak melukai dan tidak memukul wajah. Seperti yang dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa dia berkata,
ا لَ اللَّهِ -صلى الله ليه لم- ادِماً لَهُ لاَ امْرَأَةً لَهُ لاَ اً لاَّ اهِدَ لِ الل
“Saya tidak pernah melihat Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) memukul seorang hamba, juga tidak memukul istrinya. Dia tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya kecuali dalam jihad (berjuang) di jalan Allah.” (HR.Ahmad)