Penentuan hari baik dalam budaya Bali adalah sebuah sistem yang kompleks, menggabungkan berbagai konsep seperti Wariga, Ala Ayuning Dewasa, Wariga Belog, serta siklus Wuku dan Sasih. Semua elemen ini saling terkait dalam menciptakan panduan yang digunakan oleh masyarakat Bali untuk memilih waktu yang tepat dalam menjalankan berbagai upacara penting, seperti pernikahan, upacara kelahiran, dan potong gigi (metatah). Bagian ini akan membahas secara mendalam tentang konsep-konsep tersebut dan bagaimana mereka bekerja bersama untuk menentukan waktu yang paling sesuai dalam tradisi Bali.
1.1. Apa Itu Wariga?
Wariga adalah inti dari sistem perhitungan waktu dalam tradisi Bali. Ia merujuk pada ilmu pengetahuan tentang kalender tradisional yang mengatur kapan waktu yang baik dan buruk untuk melaksanakan berbagai kegiatan manusia, baik yang bersifat sakral maupun keseharian. Wariga tidak hanya melibatkan perhitungan hari dan tanggal, tetapi juga memperhitungkan energi kosmis yang memengaruhi setiap momen dalam siklus kehidupan manusia. Konsep ini melibatkan pengamatan terhadap posisi benda-benda langit, siklus bulan, dan pengaruh spiritual yang diyakini hadir pada waktu tertentu.
Di dalam Wariga, dikenal konsep Kala-Kala, yang mengacu pada berbagai jenis waktu dengan karakteristik tertentu. Misalnya, ada waktu yang membawa keberuntungan dan ada pula yang perlu dihindari karena membawa energi negatif. Ilmu Wariga menempatkan waktu sebagai elemen yang hidup, memiliki sifat dan karakter tertentu yang bisa mempengaruhi manusia secara langsung. Oleh karena itu, pemilihan waktu yang tepat dalam setiap kegiatan, terutama yang bersifat ritual, dianggap sangat penting untuk memastikan keseimbangan antara manusia dan alam.
1.2. Ala Ayuning Dewasa: Memilih Waktu Baik dan Buruk
Konsep Ala Ayuning Dewasa adalah panduan yang digunakan dalam menentukan hari-hari yang baik (Ayu) dan hari-hari yang tidak baik (Ala) untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Dewasa Ayu merujuk pada hari yang dianggap membawa keberuntungan, harmoni, dan restu dari alam semesta untuk kegiatan tertentu seperti upacara pernikahan atau Manusa Yadnya. Sebaliknya, Dewasa Ala adalah hari-hari yang diyakini membawa pengaruh buruk atau energi negatif, yang dapat menyebabkan hambatan, kesulitan, atau nasib buruk.
Pemilihan Dewasa didasarkan pada kombinasi siklus hari dalam Pancawara (lima hari), Saptawara (tujuh hari), dan perhitungan lain seperti posisi bulan, Wuku, dan pengaruh bintang-bintang tertentu. Konsep ini juga melibatkan pengamatan terhadap fenomena alam yang dianggap sebagai pertanda kosmis. Misalnya, kehadiran hujan atau badai di waktu tertentu dapat diinterpretasikan sebagai tanda bahwa hari tersebut tidak cocok untuk kegiatan besar seperti upacara sakral.
1.3. Mengenal Wariga Belog
Wariga Belog adalah sebuah kitab panduan yang lebih spesifik dalam menjelaskan metode penentuan waktu berdasarkan prinsip-prinsip Wariga. Buku ini adalah referensi mendalam yang memberikan detail tentang berbagai macam pengaruh waktu, seperti Kala-Kala, Galah, dan Bebanten. Wariga Belog bertujuan untuk membantu masyarakat Bali dalam memahami dan menentukan hari yang cocok untuk berbagai jenis upacara dan kegiatan penting, serta menjelaskan hari-hari yang perlu dihindari.
Salah satu aspek penting dari Wariga Belog adalah metode Pamiteges Kala-Kala, yaitu cara membaca waktu dan pengaruhnya secara mendetail. Di dalamnya terdapat berbagai macam klasifikasi hari yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah suatu waktu menguntungkan atau tidak. Contoh pengaruh-pengaruh yang dijelaskan dalam Wariga Belog adalah:
- Kala Temah: Merupakan salah satu pengaruh waktu yang membawa ketidakstabilan dan kekacauan. Hari-hari dengan pengaruh ini biasanya dihindari untuk upacara penting seperti pernikahan.
- Amerta Dewa: Membawa energi kehidupan dan kemurnian, cocok untuk upacara yang membutuhkan penyucian diri, seperti potong gigi atau penyucian anak.
- Carik Walangati: Dikenal sebagai hari dengan pengaruh yang dapat membawa kesulitan dan hambatan dalam kegiatan yang dilakukan.
Wariga Belog juga memberikan panduan tentang fenomena alam yang harus diperhatikan, seperti perubahan cuaca atau penampakan bintang tertentu, yang dapat mengindikasikan baik atau buruknya suatu hari untuk kegiatan tertentu.
1.4. Memahami Wuku dan Sasih
Siklus Wuku dan Sasih adalah dua elemen penting dalam kalender Bali yang memainkan peran sentral dalam menentukan waktu yang baik dan buruk:
- Wuku: Kalender Bali menggunakan siklus 210 hari yang terdiri dari 30 Wuku, masing-masing memiliki karakteristik khusus. Setiap Wuku diberi nama seperti Wuku Dungulan, Wuku Wariga, dan lain-lain. Setiap Wuku mengandung sifat yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi nasib atau keberuntungan dalam melaksanakan upacara tertentu. Misalnya, Wuku yang dikenal baik untuk memulai sesuatu sering dipilih untuk upacara pernikahan atau upacara kelahiran, sedangkan Wuku yang membawa ketidakpastian atau konflik cenderung dihindari.
- Sasih: Sasih merujuk pada bulan dalam kalender Bali, yang mengikuti siklus bulan (lunar cycle). Ada 12 Sasih dalam satu tahun Bali, dan masing-masing Sasih memiliki karakteristik yang berbeda. Contoh Sasih adalah Sasih Kapat, yang sering dianggap baik untuk memulai kegiatan baru karena energinya yang mendukung pertumbuhan dan kesuburan, sementara Sasih Kesanga sering dikaitkan dengan waktu untuk introspeksi dan pembersihan diri.
Setiap Sasih membawa pengaruh tertentu yang bisa menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu upacara. Misalnya, pelaksanaan upacara di Sasih yang dianggap kurang baik dapat menyebabkan hambatan atau ketidakstabilan dalam kehidupan rumah tangga pasangan yang baru menikah.
1.5. Hubungan Antara Waktu, Energi, dan Keseimbangan Kosmis
Konsep-konsep yang diuraikan di atas—Wariga, Ala Ayuning Dewasa, Wariga Belog, Wuku, dan Sasih—semuanya didasarkan pada pemahaman bahwa waktu bukanlah entitas yang statis, melainkan sesuatu yang hidup dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia. Dalam budaya Bali, waktu dianggap memiliki karakteristik spiritual yang dapat berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, penentuan waktu yang tepat untuk upacara bukan hanya tentang mengikuti tradisi, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam dan kosmos.
- Keseimbangan antara Manusia dan Kosmos: Salah satu tujuan utama dari memilih hari yang baik untuk upacara adalah mencapai Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ini berarti, memilih waktu yang tepat tidak hanya membawa kelancaran dalam upacara, tetapi juga membantu menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan alam dan spiritualitas.
- Waktu sebagai Pemandu Spiritual: Dalam tradisi Bali, waktu dilihat sebagai pemandu spiritual yang membantu manusia menemukan momen yang tepat untuk melakukan aktivitas tertentu. Misalnya, dalam upacara pernikahan, hari yang baik dipilih untuk memastikan pasangan mendapat restu alam dan memperoleh kesejahteraan dalam kehidupan baru mereka. Hal yang sama berlaku dalam upacara Manusa Yadnya, seperti potong gigi, di mana waktu yang dipilih diharapkan dapat membantu anak memasuki fase kehidupan berikutnya dengan lebih baik.
Melalui pemahaman yang mendalam ini, kita dapat melihat bahwa dalam budaya Bali, setiap tindakan besar yang menyangkut kehidupan manusia dilakukan dengan penuh pertimbangan dan keselarasan dengan alam semesta. Sistem kalender yang rumit dan berbagai panduan spiritual seperti Wariga Belog tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjaga ritme dan harmoni antara manusia dan kosmos. Ini adalah bentuk kebijaksanaan leluhur Bali yang mengajarkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan dalam kehidupan sangat bergantung pada kemampuan kita untuk memahami dan menghormati ritme alam yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Hari-Hari Baik untuk Pernikahan dan Manusa Yadnya di Tahun 2026
Pemilihan hari baik (Dewasa Ayu) dalam melangsungkan pernikahan dan upacara Manusa Yadnya seperti potong gigi atau kelahiran adalah aspek penting dalam budaya Bali. Tahun 2026, seperti tahun-tahun lainnya, memiliki hari-hari yang dipengaruhi oleh energi positif dari berbagai elemen kosmis. Mengacu pada panduan Wariga Belog dan pedoman tradisional seperti WEWARAN PENYUSUN ALA-AYUNUNG DEWASA, kita dapat menemukan hari-hari yang sangat cocok untuk upacara sakral. Bagian ini akan membahas hari-hari baik untuk pernikahan dan Manusa Yadnya di tahun 2026 secara mendetail, termasuk penjelasan mengenai energi positif yang terkandung dalam setiap tanggal tersebut.
2.1. Hari Baik di Januari 2026
- 4 Januari (Catur Laba): Hari ini membawa pengaruh positif dari Catur Laba, yang berarti empat keuntungan. Ini melambangkan keberuntungan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang ideal untuk memulai perjalanan hidup baru seperti pernikahan atau merayakan tahapan kehidupan baru dalam upacara Manusa Yadnya. Catur Laba memberikan energi stabil yang mendukung keberhasilan dalam hubungan dan kegiatan spiritual lainnya.
- 21 Januari (Kamajaya): Kamajaya dikenal sebagai lambang cinta dan harmoni dalam tradisi Bali. Pengaruh Kamajaya sangat cocok untuk pernikahan, karena diyakini dapat membawa kebahagiaan dan keharmonisan bagi pasangan yang menikah. Energi hari ini mendukung kelancaran upacara dan memberikan kedamaian bagi keluarga yang terlibat dalam acara tersebut.
2.2. Hari Baik di Februari 2026
- 18 Februari (Amerta Dewa): Amerta Dewa berarti “kehidupan abadi” atau “air kehidupan”, yang mencerminkan energi kehidupan yang sangat baik untuk upacara yang melibatkan penyucian diri atau transisi ke fase kehidupan baru. Hari ini sangat ideal untuk upacara Manusa Yadnya seperti potong gigi atau upacara kelahiran, karena memberikan perlindungan spiritual dan kesehatan bagi peserta upacara.
- 21 Februari (Ayu Nulus): Hari ini membawa pengaruh Ayu Nulus, yang berarti kehidupan yang mengalir lancar. Ayu Nulus memberikan keseimbangan dan ketenangan dalam kehidupan rumah tangga, membuatnya sangat cocok untuk pernikahan. Energi ini membantu pasangan untuk memulai hidup baru dengan harapan yang baik dan penuh kedamaian.
2.3. Hari Baik di Maret 2026
- 23 Maret (Derman Bagia): Derman Bagia adalah hari yang membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Sangat disarankan untuk pernikahan karena diyakini dapat memperkuat ikatan cinta dan komitmen dalam kehidupan rumah tangga. Selain itu, energi hari ini juga mendukung pelaksanaan upacara potong gigi dan upacara penyucian lainnya.
- 30 Maret (Derman Bagia): Sama seperti tanggal 23 Maret, Derman Bagia pada hari ini memberikan suasana yang menguntungkan bagi kegiatan spiritual dan transisi kehidupan seperti pernikahan dan potong gigi. Hari ini dipercaya dapat menguatkan fondasi keluarga dan memberikan kedamaian serta keharmonisan.
2.4. Hari Baik di April 2026
- 3 April (Amerta Dewa): Amerta Dewa di bulan ini kembali muncul sebagai energi yang sangat baik untuk melangsungkan upacara penyucian dan pernikahan. Amerta Dewa menawarkan energi yang murni dan penuh berkah, membuat hari ini ideal untuk memulai kehidupan baru.
- 17 April (Ayu Nulus & Subacara): Kombinasi dari Ayu Nulus dan Subacara membuat hari ini sangat baik untuk berbagai upacara. Ayu Nulus memberikan aliran energi positif yang mendukung kesuksesan dalam kehidupan rumah tangga, sementara Subacara memberikan kelancaran dan keteraturan dalam pelaksanaan upacara.
2.5. Hari Baik di Juni 2026
- 17 Juni (Kamajaya): Hari ini kembali dipengaruhi oleh Kamajaya, yang sangat cocok untuk pernikahan. Energi dari Kamajaya diyakini dapat mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan bagi pasangan yang menikah, serta menguatkan hubungan keluarga yang baru terbentuk. Selain itu, hari ini juga baik untuk pelaksanaan upacara potong gigi, memberikan dukungan spiritual yang kuat bagi anak yang menjalani transisi tersebut.
2.6. Hari Baik di Juli 2026
- 21 Juli (Ayu Nulus): Ayu Nulus di bulan ini membawa aliran positif yang mendukung pernikahan dan upacara Manusa Yadnya lainnya. Energi hari ini dianggap ideal untuk memulai sesuatu yang baru, terutama dalam konteks membangun keluarga dan hubungan jangka panjang.
- 24 Juli (Dasa Amerta): Hari yang dipengaruhi oleh Dasa Amerta sangat cocok untuk upacara pembersihan diri dan penyucian, seperti potong gigi. Dasa Amerta membawa keseimbangan spiritual yang mendalam, yang diperlukan dalam upacara sakral.
2.7. Hari Baik di Agustus 2026
- 17 Agustus (Derman Bagia): Derman Bagia memberikan berkah bagi pasangan yang melangsungkan pernikahan, karena memberikan kebahagiaan dan kelancaran dalam kehidupan rumah tangga. Selain itu, hari ini juga baik untuk berbagai upacara Manusa Yadnya, seperti potong gigi atau upacara kelahiran.
- 19 Agustus (Kamajaya): Hari ini sangat baik untuk pernikahan karena pengaruh Kamajaya yang membawa cinta dan keharmonisan. Cocok untuk pasangan yang ingin memulai kehidupan bersama dengan harapan penuh kebahagiaan dan kesejahteraan.
2.8. Hari Baik di Desember 2026
- 9 Desember (Buda Suka): Buda Suka dikenal membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam upacara pernikahan. Hari ini sangat dianjurkan bagi pasangan yang ingin menikah dengan harapan mendapatkan restu dan kedamaian dari alam semesta.
- 14 Desember (Derman Bagia): Kembali, Derman Bagia memberikan pengaruh positif yang mendukung kelancaran pernikahan dan upacara potong gigi. Energi hari ini memberikan kedamaian, kesuksesan, dan kesejahteraan bagi mereka yang melangsungkan upacara pada tanggal ini.
Analisis Pengaruh Hari-Hari Baik dalam Konteks Budaya Bali
Hari-hari yang disebutkan di atas dipilih bukan semata-mata karena mengikuti tradisi, tetapi karena dipercaya memiliki energi kosmis yang dapat memengaruhi nasib manusia. Hari-hari seperti Kamajaya dan Ayu Nulus memiliki daya tarik tersendiri karena mereka menawarkan stabilitas emosional dan kesejahteraan yang dibutuhkan dalam membangun hubungan jangka panjang seperti pernikahan. Sementara itu, pengaruh Amerta Dewa memberikan landasan spiritual yang kuat bagi individu yang menjalani upacara penyucian atau potong gigi.
Pemilihan hari-hari ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman mendalam tentang waktu dalam kehidupan masyarakat Bali. Dengan memilih waktu yang tepat, masyarakat tidak hanya menjaga tradisi leluhur, tetapi juga mengupayakan harmoni dengan alam dan alam semesta. Dalam konteks pernikahan dan Manusa Yadnya, hari-hari ini memberikan peluang terbaik bagi individu dan keluarga untuk memulai babak baru dalam hidup mereka dengan dukungan penuh dari kekuatan spiritual yang mengalir di alam semesta.
Bagian selanjutnya akan membahas hari-hari yang perlu dihindari di tahun 2026, memberikan panduan lengkap tentang bagaimana mempersiapkan upacara dengan mempertimbangkan segala aspek kosmis yang ada.
Hari-Hari yang Harus Dihindari untuk Pernikahan dan Manusa Yadnya di Tahun 2026
Selain memilih hari-hari yang membawa keberuntungan, penting juga bagi masyarakat Bali untuk menghindari hari-hari yang dianggap tidak baik (Dewasa Ala) untuk melaksanakan pernikahan dan Manusa Yadnya, seperti upacara potong gigi dan upacara kelahiran. Dewasa Ala adalah hari-hari yang mengandung pengaruh negatif atau energi yang tidak stabil, yang dapat mengganggu kelancaran upacara. Panduan untuk menghindari hari-hari tersebut banyak tercantum dalam sumber seperti Wariga Belog dan kitab-kitab tradisional Bali lainnya, yang menjelaskan tentang pengaruh buruk dari hari-hari tertentu.
Berikut adalah rincian tentang hari-hari yang sebaiknya dihindari untuk melaksanakan pernikahan dan Manusa Yadnya di tahun 2026, serta penjelasan tentang energi negatif yang terkandung di dalamnya.
3.1. Pengaruh Kala-Kala dan Hari yang Tidak Menguntungkan
Dalam tradisi Bali, Kala-Kala adalah pengaruh waktu yang membawa energi yang tidak stabil atau negatif. Beberapa jenis Kala yang sering dihindari dalam penentuan hari baik meliputi Kala Temah, Kala Pati, dan Amerta Papageran. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang masing-masing:
- Kala Temah: Merupakan salah satu pengaruh waktu yang membawa ketidakstabilan dan kekacauan. Hari-hari dengan pengaruh Kala Temah sering dianggap tidak cocok untuk melangsungkan pernikahan karena dapat menyebabkan perselisihan atau hambatan dalam hubungan. Selain itu, Kala Temah juga tidak baik untuk upacara Manusa Yadnya seperti potong gigi karena energi yang tidak seimbang dapat mengganggu jalannya upacara dan kesehatan peserta.
- Kala Pati: Pengaruh Kala Pati sangat dihindari untuk segala bentuk upacara karena energi ini dikaitkan dengan kematian atau kemalangan. Melakukan pernikahan atau upacara Manusa Yadnya pada hari dengan pengaruh Kala Pati diyakini dapat membawa sial atau bahkan ancaman pada kesehatan dan keselamatan peserta upacara.
- Amerta Papageran: Amerta Papageran memiliki karakter yang tidak stabil dan sering membawa masalah dalam pelaksanaan upacara. Pengaruh ini dapat menyebabkan kesulitan atau hambatan yang tidak terduga selama upacara, seperti masalah kesehatan atau konflik antar anggota keluarga yang terlibat dalam acara tersebut.
3.2. Hari-Hari dengan Pengaruh Negatif di Tahun 2026
Berikut adalah beberapa hari dengan pengaruh negatif di tahun 2026 yang sebaiknya dihindari untuk melangsungkan pernikahan atau upacara Manusa Yadnya, bersama penjelasan detail mengenai alasan di balik larangan tersebut:
- Januari 2026:
- 1 Januari (Kala Temah, Lebur Awu): Hari ini mengandung pengaruh Kala Temah dan Lebur Awu, yang membawa energi ketidakstabilan dan kehancuran. Lebur Awu berarti “menjadi abu”, melambangkan kehancuran atau kesia-siaan, sehingga tidak cocok untuk pernikahan atau upacara yang melibatkan kehidupan baru.
- 3 Januari (Amerta Papageran): Hari ini dikenal membawa kesulitan dalam upacara penyucian diri. Pengaruh Amerta Papageran sering dihindari karena dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi peserta upacara atau kegagalan dalam upacara itu sendiri.
- Februari 2026:
- 5 Februari (Kala Tampak): Kala Tampak adalah pengaruh waktu yang sering membawa hambatan atau konflik. Hari ini tidak direkomendasikan untuk pernikahan atau upacara penting lainnya karena potensi masalah yang bisa muncul dalam hubungan atau pelaksanaan upacara.
- 9 Februari (Kala Temah): Pengaruh Kala Temah pada tanggal ini membuatnya tidak baik untuk melangsungkan pernikahan atau potong gigi, karena energi yang tidak stabil dapat membawa ketegangan dalam hubungan dan proses upacara.
- Mei 2026:
- 10 Mei (Carik Walangati): Carik Walangati adalah hari yang membawa energi kesulitan atau rintangan, sehingga sangat tidak direkomendasikan untuk upacara seperti pernikahan atau potong gigi. Hari ini dapat menyebabkan kegagalan atau hambatan yang tidak diharapkan.
- 12 Mei (Kala Pati): Hari ini perlu dihindari karena pengaruh Kala Pati, yang dapat membawa ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan peserta upacara. Melakukan upacara pada hari ini dianggap sangat berisiko.
- Juli 2026:
- 5 Juli (Kala Temah): Hari ini membawa energi ketidakstabilan yang sering mengganggu kelancaran pernikahan atau upacara Manusa Yadnya. Kala Temah pada hari ini dapat menyebabkan perselisihan atau bahkan kesulitan dalam membangun hubungan yang harmonis.
- 9 Juli (Kala Tampak): Pengaruh dari Kala Tampak menjadikan hari ini tidak cocok untuk upacara penting, karena dapat membawa konflik internal atau masalah emosional yang tidak diinginkan.
- Oktober 2026:
- 10 Oktober (Kala Prawani): Hari ini dikenal sebagai waktu yang tidak baik untuk melangsungkan upacara besar. Kala Prawani membawa energi ketidakpastian dan sering dikaitkan dengan kegagalan atau kesulitan yang tidak terduga.
- 20 Oktober (Amerta Papageran): Pengaruh Amerta Papageran pada hari ini dapat menyebabkan gangguan dalam pelaksanaan upacara, membuatnya kurang cocok untuk kegiatan yang memerlukan stabilitas seperti pernikahan atau potong gigi.
- Desember 2026:
- 10 Desember (Kala Tampak): Pengaruh Kala Tampak menjadikan hari ini tidak baik untuk upacara, karena dapat menyebabkan masalah komunikasi atau ketidakharmonisan antara anggota keluarga yang terlibat dalam pernikahan.
- 22 Desember (Kala Pati): Hari ini sangat dihindari karena risiko yang dihadirkan oleh Kala Pati. Pelaksanaan upacara pada hari ini dapat membawa kesialan atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.
3.3. Mengapa Menghindari Hari-Hari Ini Penting?
Menghindari hari-hari dengan pengaruh negatif ini bukan hanya tentang menjaga kelancaran upacara, tetapi juga memastikan bahwa setiap tindakan dan ritual yang dilakukan selaras dengan energi alam. Masyarakat Bali percaya bahwa ketika seseorang melaksanakan upacara pada hari yang salah, mereka dapat mengundang masalah atau kesulitan dalam hidup mereka. Oleh karena itu, dengan menghindari hari-hari seperti Kala Temah, Kala Pati, atau Amerta Papageran, mereka berharap dapat menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan kekuatan kosmis yang mengatur kehidupan.
Mengikuti pedoman dari Wariga Belog dan sumber-sumber tradisional lainnya membantu masyarakat Bali untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan spiritual dan duniawi. Dengan demikian, tidak hanya upacara yang berlangsung dengan lancar, tetapi juga memberi perlindungan dan berkat bagi mereka yang melaksanakan upacara tersebut. Ini merupakan wujud dari Tri Hita Karana—hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesamanya—yang menjadi inti dari filosofi kehidupan Bali.
Bagian ini menyimpulkan pentingnya memahami dan menghormati panduan waktu yang telah diwariskan oleh leluhur Bali, agar setiap langkah dalam kehidupan dapat dilakukan dengan dukungan penuh dari kekuatan alam dan semesta. Bagian selanjutnya akan membahas kesimpulan umum mengenai pentingnya memahami kalender Bali dalam konteks perencanaan kehidupan dan pelaksanaan upacara sakral di tahun 2026.